06 Mei 2008

Di Sini Deadlock, Di Sana Deadlock

. 06 Mei 2008

Akar Tunggang Konflik PPP Sulsel

SETAHUN menjelang Pemilihan Umum 2009, partai politik mulai berbenah. Momen dan acara partai sekecil apapun didesain menjadi ajang konsolidasi dan menarik simpati pemilih. Tanggal 8 Juli mendatang, syahwat politik akan tumpah ruah di jalan.
Di Sulsel, pertarungan merebut simpati itu bahkan sudah dimulai. Misalkan saja Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggalang simpati melalui Milad ke-10.

Golkar mulai kopnsolidasi internal melatih para calon legislator dan juru kampanyenya serentak di 23 kabupaten/kota.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), akan menggelar rapat kerja nasional, kegiatan berlevel nasional ini ditempatkan di Sulsel, lumbung Partai Golkar. Partai Persatuan Daerah (PPD) juga sudah melakukan trik menggalang suara, melalui KTA- nisasi. Semua kader yang memliki KTA mendapat tunjangan kematian Rp 1,5 juta dan dapat diskon khusus menumpangi kendaraan angkutan antarkota yang memiliki lebel PPD.
Partai Bintang Reformasi (PBR), sempalan PPP juga telah menebar sekitar 516 ribu kartu anggota (KTA) serta memberikan santunan Rp 1,5 juta bagi kadernya yang meninggal dunia. Sambil konsolidasi, partai-partai unjuk kreatifitas merebut simpati pemilih.
Namun, bagi PPP, partai yang berada di urutan ketiga secara nasional, peringkat kelima di Sulsel, belum melakukan apa-apa. PPP kembali dihadapkan soal pelik. Ambisi politik politisinya kata Prof Dr Qasim Mathar, menjadi akar tunggang konflik partai berlambang Kakbah ini. "Islam mengajarkan menghindari konflik, secepatnya melakukan ishlah (rekonsiliasi) jika konflik tidak dihindari. Tapi nilai-nilai ini tidak tampak dalam perilaku politisi PPP," kata dosen UIN Alaudddin Makassar ini.
Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin, yang juga pakar politik Islam, Dr Musafir Pababbari, menilai konflik di PPP tidak bisa terlepas dari latar belakang sejarah berdirinya partai berlambang Kakbah ini. "PPP adalah partai Islam yang memiliki latar belakang berbeda dengan partai Islam lainnya. PPP selalu gagal mengelola konflik dan sentimen elitenya. PPP lahir dari berbagai fusi seperti Masyumi, Syarikat Islam, NU, PARMUSI dll. Mereka dulu bersatu tapi akhirnya mereka pecah," kata Musafir .
Menurut dosen pemikiran politik Islam ini, PPP hingga saat ini belum mampu keluar dari historisnya. "Saya menilai hingga saat ini PPP masih dibayangi rebutan antar fusi itu," ujarnya. Dia berpendapat di Pemilu 2009 nanti, partai Islam seperti PPP masih akan kesusahan meraih hasil maksimal baik di legislatif apalagi eksekutif.
Memang Pascapembekuan kepengurusan yang dinahkodai Prof Jalaluddin Rahman, oleh DPP, PPP dirudung susah. Solusi musyawarah luar biasa Maret lalu, ternyata memperumit konflik. Turunnya caretaker dari DPP, justru oleh sebagian kader menganalogikan PPP mulai "beternak" masalah.
Upaya rekonsiliasi di Makassar buntu. Upaya serupa yang difasilitasi elite DPP, termasuk Suryadharma Alie di Jakarta juga deadlock. Di sini deadlock di sana deadlock. Semuanya buntu.
Padahal Pemilu 2009 sisa sekitar 10 bulan lagi. Apakah PPP mampu melakukan recovery kepengurusan pascakonflik dan dapat meraih target 15 persen suara pada Pemilu 2009?
Selain itu, imbas dari kisruh internal, ribuan kader semakin resah. Selain target suara pemilu, beberapa pemlihan kepala daerah (pilkada) lokal juga agak terganggu. PPP menjadi partai yang menimbulkan banyak keraguan. Selain legitimasi pengurus di tingkat provinsi, efektivitas mesin partai di pilkada juga menjadi macet, bahkan mogok.
Sekretaris Jenderal DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz mengaku optimis jika partainya tidak mengganggu aktivitas politik di daerah. Begitupula dengan pencapaian target 15 persen suara pada Pemilu 2009. Dia menyebutkan sebagai dinamika."Insya Allah kami akan rampungkan dalam waktu dekat. Tunggu sajalah, kami dalam tahap menyelesaikannnya," katanya melalui pesan singkatnya. (taufiq nadsir/mansur am)

Pertarungan Dua Figur Muda
MUSWILUB yang dihelat Maret lalu berakhir deadlock. Dua figur muda yang berhadap- hadapan, Amir Uskara dan Amil Arsyad Pana bersaing ketat dalam suasana yang tegang. Saking tegangnya, muswilub diwarnai pemukulan sehingga panitia memutuskan tidak melanjutkan acara karena persoalan keamanan.
Kedua kandidat, baik Amil maupun Amir sepakat menyerahkan sepenuhnya kepada DPP PPP untuk mengambil keputusan. Dasar itu, DPP PPP menggelar rapat pleno di Kantor DPP PPP Jl Diponegoro pada 25 April malam lalu. Hasilnya DPP PPP mengambil alih kisruh dan segera merampungkan susunan pengurus DPW PPP Sulsel periode 2006-2011.
Namun, belakangan, sehari setelah rapat pleno, dua figur yang bersaing, Amir dan Amil diminta menghadap untuk mendengarkan penjelasan DPP PPP mengenai hasil rapat pleno yang dipimpin Ketua Umum DPP PPP Surya Dharma Ali.
Namun, Amir Uskara dikabarkan menolak hasil keputusan dan tetap ngotot agar muswilub diulang, sedang Amil dengan legowo menyerahkan sepenuhnya kepada DPP PPP. Hingga hari ini, DPP PPP belum melahirkan keputusan dan kebijakan apa-apa.
Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz mengaku sementara menyelesaikannya dalam waktu dekat. "Sementara dalam proses penyelesaian," katanya singkat. (opi/sur)

0 komentar:

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com